Kenal Lebih Dekat Dengan Tradisi Rewang

Suasana Rewangan di Desa Kendit Situbondo

    Pernah dengar istilah 'Rewang-rewang'? Sebutan tersebut kerapkali kita dengar dari segelintir masyarakat yang menggelar acara atau hajatan; terutama masyarakat yang menetap di daerah pedesaan. Sebetulnya sudah sering mimin dengar istilah Rewang-rewang ketika ada tetangga sekitar rumah yang mengadakan acara, namun baru terpikir untuk dibuat artikel pada satu momen yangmana saat itu mimin ikut Rewang acara Walimahan di daerah Kendit Situbondo tepatnya di tengah-tengah pelaksanaan KKN. Dari situlah akhirnya muncul ide di benak mimin untuk membuat tulisan singkat seputar 'Rewang'.

    Salah satu warisan tradisi yang melekat kuat dalam jati diri masyarakat Indonesia secara turun-temurun adalah Rewang, bahkan budaya tersebut bisa dikatakan sudah menjadi ciri khas kentaranya orang-orang Nusantara; khususnya Jawa. Secara harfiah kata 'Rewang' bisa dipahami sebagai 'Bantu-bantu', jika diuraikan lebih lengkapnya lagi; rewang-rewang adalah saling bantu-membantu antar masyarakat ketika ada tetangga di sekitar rumah yang mengadakan hajatan, syukuran dan acara-acara lainnya. Meskipun kegiatan ini lebih akrab di kalangan ibu-ibu, namun tradisi ini bisa diikuti oleh masyarakat sekitar tanpa memandang jenis kelamin; baik laki-laki maupun perempuan sama-sama kompak ikut memberikan kontribusi. Kalangan ibu-ibu biasanya akan sibuk di urusan konsumsi; seperti masak-memasak hidangan makanan serta jajanan yang akan disuguhkan untuk para tamu undangan, bungkus-bungkus berkat dan urusan konsumsi semacamnya, sementara kalangan laki-laki umumnya menghandle pemasangan terop (tenda dan panggung acara), lampu, penyambutan tamu, angkat-angkat barang berat dan seterusnya.

    Dalam kehidupan masyarakat pedesaan rewang adalah tradisi yang sifatnya wajib, selain untuk memupuk rasa sosial dan menjalin silaturahim antar tetangga rumah, adanya tradisi ini juga untuk mengindari hukum sosial dari lingkungan sekitar sehingga sebisa mungkin (selama tidak halangan) tetangga sekitar yang masih satu lingkungan dengan Shohibul Hajat harus ikut serta rewang, sehingga resiko yang kemungkinan akan ditanggung jika seseorang jarang ikut rewang atau bahkan tidak pernah ikut serta padahal masih satu lingkungan adalah tidak dibantu rewang juga ketika yang bersangkutan ingin mengadakan acara.

    Hingga saat ini tradisi rewang masih bisa kita temukan banyak di daerah pedalaman yangmana mayoritas masyarakat pedesaan menjunjung jiwa solidaritas yang tinggi, tapi sudah jarang ditemukan di wilayah perkotaan yangmana rata-rata dari mereka berpola pikir individualis dengan kondisi ekonominya yang stabil dan mapan sehingga mereka lebih memilih menggelontorkan uang dari rekeningnya untuk memanggil jasa Catering untuk menyiapkan berbagai keperluan acaranya.

Sekian dan Semoga bermanfaat 🌟

Post a Comment for "Kenal Lebih Dekat Dengan Tradisi Rewang"